23 January 2009

Kaya Karena Sederhana

Menjadi orang kaya, itulah cita-cita banyak sekali orang. Hal yang sama juga pernah melanda saya. Dulu, ketika masih duduk di bangku SMU, kemudian menyaksikan ada rumah indah dan besar, dan di depannya duduk sepasang orang tua lagi menikmati keindahan rumahnya, sering saya bertanya ke diri sendiri : akankah saya bisa sampai di sana ?. Sekian tahun setelah semua ini berlalu, setelah berkenalan dengan beberapa orang pengusaha yang kekayaan perusahaannya bernilai triliunan rupiah, duduk di kursi tertinggi perusahaan, atau menjadi penasehat tidak sedikit orang kaya, wajah-wajah hidup yang kaya sudah tidak semenarik dan seseksi bayangan dulu.

Penyelaman saya secara lebih mendalam bahkan menghasilkan sejumlah ketakutan untuk menjadi kaya. Ada orang kaya yang memiliki putera-puteri yang bermata kosong melompong sebagai tanda hidup yang kering. Ada pengusaha yang menatap semua orang baru dengan tatapan curiga karena sering ditipu orang, untuk kemudian sedikit-sedikit marah dan memaki. Ada sahabat yang berganti mobil termewah dalam ukuran bulanan, namun harus meminum pil tidur kalau ingin tidur nyenyak. Ada yang memiliki anak tanpa Ibu karena bercerai, dan masih banyak lagi wajah-wajah kekayaan yang membuat saya jadi takut pada kekayaan materi.

Dalam tataran pencaharian seperti ini, tiba-tiba saja saya membaca karya Shakti Gawain dalam jurnal Personal Excellence edisi September 2001 yang menulis : > '> If we have too many things we don> '> t truly need or want, our live become overly complicated> '> . Siapa saja yang memiliki terlalu banyak hal yang tidak betul-betul dibutuhkan, kehidupannya akan berwajah sangat rumit dan kompleks.

Rupanya saya tidak sendiri dalam hal ketakutan bertemu hidup yang amat rumit karena memiliki terlalu banyak hal yang tidak betul-betul diperlukan. Shakti Gawain juga serupa. Lebih dari sekadar takut, di tingkatan materi yang amat berlebihan, ketakutan, kecemasan, dan bahkan keterikatan berlebihan mulai muncul.

Masih segar dalam ingatan, bagaimana tidur saya amat terganggu di hari pertama ketika baru bisa membeli mobil. Sebentar-sebentar bangun sambil melihat garasi. Demikian juga ketika baru duduk di kursi orang nomer satu di perusahaan. Keterikatan agar duduk di sana selamanya membuat saya hampir jadi paranoid. Setiap orang datang dipandang oleh mata secara mencurigakan. Benang merahnya, kekayaan materi memang menghadirkan kegembiraan (kendati hanya sesaat), namun sulit diingkari kalau ia juga menghadirkan keterikatan, ketakutan dan kekhawatiran. Kemerdekaan, kebebasan, keheningan semuanya diperkosa habis oleh kekayaan materi.

Disamping merampok kebebasan dan keheningan, kekayaan materi juga menghasilkan harapan-harapan baru yang bergerak maju. Lebih tinggi, lebih tinggi dan lebih tinggi lagi. Demikianlah kekayaan dengan amat rajin mendorong manusia untuk memproduksi harapan yang lebih tinggi. Tidak ada yang salah dengan memiliki harapan yang lebih tinggi, sejauh seseorang bisa menyeimbangkannya dengan rasa syukur. Apa lagi kalau harapan bisa mendorong orang bekerja amat keras, plus keikhlasan untuk bersyukur pada sang hidup. Celakanya, dalam banyak hal terjadi, harapan ini terbang dan berlari liar. Dan kemudian membuat kehidupan berlari seperti kucing yang mengejar ekornya sendiri.

Berefleksi dan bercermin dari sinilah, saya sudah teramat lama meninggalkan kehidupan yang demikian ngotot mengejar kekayaan materi. Demikian tidak ngototnya, sampai-sampai ada rekan yang menyebut saya bodoh, tidak mengerti bisnis, malah ada yang menyebut teramat lugu. Untungnya, badan kehidupan saya sud> ah demikian licin oleh sebutan-sebutan. Sehingga setiap sebutan, lewat saja tanpa memberikan bekas yang berarti.

Ada sahabat yang bertanya, bagaimana saya bisa sampai di sana ? Entah benar entah tidak, dalam banyak keadaan terbukti kalau saya bisa berada di waktu yang tepat, tempat yang tepat, dengan kemampuan yang tepat. Ketika ada perusahaan yang membutuhkan seseorang sebagai pemimpin yang cinta kedamaian, saya ada di sana. Tatkala banyak perusahaan kehilangan orientasi untuk kemudian mencari bahasa-bahasa hati, pada saat yang sama saya suka sekali berbicara dan menulis dengan bahasa-bahasa hati. Dikala sejumlah kalangan di pemerintahan mencari-cari orang muda yang siap untuk diajak bekerja dengan kejujuran, mereka mengenal dan mengingat nama saya. Sebagai akibatnya, terbanglah kehidupan saya dengan tenang dan ringan. Herannya, bisa sampai di situ dengan energi kengototan yang di bawah rata-rata kebanyakan orang. Mungkin tepat apa yang pernah ditulis Rabin Dranath Tagore dalam The Heart of God : > '> let this be my last word, that I trust in Your Love> '> . Keyakinan dan keikhlasan di depan Tuhan, mungkin itu yang menjadi kendaraan kehidupan yang paling banyak membantu hidup saya.

Karena keyakinan seperti inilah, maka dalam setiap doa saya senantiasa memohon agar seluruh permohonan saya dalam doa diganti dengan keikhlasan, keikhlasan dan hanya keikhlasan. Tidak hanya dalam doa, dalam keseharian hidup juga demikian. Ada yang mau menggeser dan memberhentikan, saya tidak melawan. Ada yang mengancam dengan kata-kata kasar, saya imbangi secukupnya saja. Ada sahabat yang menyebut kehidupan demikian sebagai kehidupan yang terlalu sederhana dan jauh dari kerumitan. Namun saya meyakini, dengan cara demikian kita bisa kaya dengan jalan sederhana.

GEDE PRAMA

Ibunya Cinta, Ayahnya Keikhlasan

Dalam ilmu pengetahuan sudah lama dikenal archaeology of knowledge yang memberi inspirasi bahwa pengetahuan pun ada silsilahnya. Dalam karya indah Fritjof Capra berjudul The Tao of Physics bisa ditemukan tidak saja jejak-jejak pengetahuan Newton, Einstein, dan Heisenberg, tetapi juga bisa ditemukan sidik-sidik jari Confusius, Buddha, dan Krishna. Di bagian tertentu temuan Fritjof Capra (doktor fisika kelahiran Austria) tentang atom dan subatom, bahkan diberi judul The Dancing of Shiva. Yang menggembirakan, tidak saja di Barat ada sintesis Barat- Timur ala Fritjof Capra, di Timur juga ada sintesis serupa, Yongey Mingyur Rinpoche dalam The Joy of Living, tidak saja fasih berbicara meditasi, tetapi juga mendalam ketika mengulas fisika, biologi, sampai psikologi kognitif. Bila ia fasih dengan nama-nama seperti Dalai Lama, Karmapa, Tilopa, Marpa, dan Milarepa bisa dimaklumi karena punya darah Tibet. Namun, lebih dari itu, Mingyur Rinpoche juga fasih dengan karya-karya Niels Bohr, Albert Einstein, sampai ahli biologi Francisco J Varela. Apa yang mau dikemukakan melalui dua contoh ini, di mana- mana telah terjadi proses interaksi yang saling memengaruhi. Kemudian membentuk wajah pengetahuan yang plural, toleran, dan bersahabat. Sufi adalah sebuah tradisi indah di dalam Islam. Ia memberi banyak inspirasi manusia yang berkarya di Barat. Jalalludin Rumi telah lama menjadi Albert Einstein-nya dunia Sufi. Paralelisme antara ajaran-ajaran Buddha dan ajaran-ajaran Yesus dilakukan banyak penulis.


Bali sebagai salah satu koridor global juga membukakan sebuah kecenderungan. Bom teroris memang menyengsarakan, tetapi ia tidak cukup kuat untuk menyeret manusia kembali ke sentimen primordial yang lebih menyengsarakan lagi. Semua ini, seperti sedang bercerita ke umat manusia, tidak saja dalam pengetahuan sekat-sekat mulai roboh, dalam spiritualitas pun tembok-tembok pemisah mulai runtuh. Mahatma Gandhi lahir, bertumbuh, dan meninggal di keluarga Hindu. Namun, begitu menyangkut perjuangan tanpa kekerasan, ia menjadi acuan banyak sekali orang Islam, Kristen, Katolik, dan Buddha. Gandhi telah menjadi Max Weber-nya gerakan antikekerasan.

Nelson Mandela bertumbuh di keluarga Kristiani, tetapi keteladanannya dalam hal memaafkan masa lalu menjadi cahaya penerang banyak sekali manusia. Hujan, sungai, dan laut
Anak-anak di sekolah dasar hanya sedikit yang bisa bergelar doktor nantinya. Pejalan kaki ke dalam diri juga sama. Amat sedikit yang bisa sampai di puncak gunung, seperti Rumi, Mandela, dan Gandhi.
Sebagaimana dicontohkan alam, kebanyakan orang memulai perjalanan seperti hujan. Jalannya kencang, menghujam setiap hal yang ada di bumi. Ini yang bisa menjelaskan mengapa sebagian lebih generasi muda mengisi keseharian (belajar, bekerja) sambil bernyanyi lirik lagu maju tak gentar, membela yang bayar. Semangat, keras, dan penuh tenaga, itulah tanda-tanda manusia yang baru sampai di sini. Sebagian politikus, akademisi, dan pengusaha yang penuh ambisi ada dalam kelompok ini. Namun, air hujan mana pun begitu menyatu dengan sungai mulai kehilangan sebagian
sifat-sifat kerasnya. Aliran air sungai menghadiahkan kelembutan pada air hujan. Kendati di bagian-bagian tertentu air sungai masih keras dan ganas (seperti air terjun atau banjir bandang), di kebanyakan waktu dan tempat, air sungai itu lembut.
Persis seperti pemandangan sungai yang ditandai barang keras seperti batu serta barang lembut berupa air, demikian juga dengan manusia yang sudah bertumbuh sampai tahap ini. Ada kalanya ia tegas dan keras (seperti tentara yang sedang berperang), ada saatnya lembut bak seorang pelayan. Pemimpin agung umumnya meramu ketegasan dan kelembutan dalam campuran yang sempurna. Tatkala menghukum, ia setegas batu. Ketika melayani, ia selembut air.
Hanya persoalan waktu, air sungai akan sampai di laut. Dan di laut seluruh kekerasan dan kelembutan (baca: dualitas) lebur menjadi satu. Pencapaian berjumpa laut seperti inilah yang dialami oleh orang-orang seperti Nelson Mandela, Dalai Lama, Jalalludin Rumi, hingga Mahatma Gandhi. Tempat lahir, agama, dan negara mereka memang berbeda, tetapi ada yang sama di antara mereka: melakukan semuanya dengan cinta, menerima hasilnya dengan keikhlasan.

Orangtua spiritual Melihat hanya segelintir manusia yang bisa memasuki wilayah laut, ada kepolosan mau tahu silsilah spiritual manusia- manusia jenis ini. Ia mengingatkan pada cerita tentang anak kampung yang melihat tukang balon terbang. Suatu hari anak dengan uang pas-pasan ini melihat tukang balon terbang berjualan laris sekali. Ketika pembelinya sudah sepi, tukang balon
memompa balon warna lain. Dengan polos anak kampung bertanya: ”Bang memangnya warna hitam bisa terbang juga?”. Dengan sabar, tukang balon menjawab: ”Nak, bukan warna luar yang membuat balon bisa terbang, tetapi sesuatu yang ada di dalam”.
Dalam bahasa Vivekananda: when the blossoms vanish, the fruits appear. Tatkala bunganya layu, buahnya muncul. Bila penampilan luar (pujian, kekayaan) sudah mulai kehilangan daya tariknya, ada penampilan dari dalam (rasa syukur, rendah hati) yang muncul sebagai pengganti. Itu sebabnya laut merendah, mensyukuri apa saja yang datang. Hasilnya, laut agung tidak terkira. Ia yang berguru pada laut sedalam ini sudah menemukan orangtua spiritualnya.Sebagai Ibu, laut adalah simbolik cinta karena apa saja yang datang diolah penuh cinta. Sebagai ayah, laut adalah wakil
keikhlasan sempurna karena menerima apa saja tanpa keserakahan memilih.

Inilah silsilah spiritual manusia-manusia agung, Ibunya cinta, Ayahnya keikhlasan. Dalai Lama pernah berpesan, If you want others to be happy, practice compassion. If you want to be happy, practice compassion. Mempraktikkan welas asih, itulah rahasia kebahagiaan.Dalam bahasa seorang guru Mahamudra, If one can rest the mind naturally, that’s the supreme meditation. Saat batin bisa beristirahat secara alami, itulah puncak meditasi. Keikhlasan berkontribusi besar dalam membuat batin beristirahat dalam kealamian. Ibarat burung elang yang terbang indah di angkasa, demikian juga kehidupan yang berjumpaorangtua spiritualnya: ikhlas, bebas, dan lepas.

Cinta membuat semuanya berguna, bermakna.

Gede Prama Bekerja di Jakarta, Tinggal di Desa Tajun Bali Utara

21 January 2009

5 Pintu untuk Mencapai Tingkatan Kehidupan dan Kebahagiaan

“Setiap perjalanan mencari kebahagiaan dan keindahan di luar, akan selalu berujung pada bukan apa-apa, leads you nowhere.

Setiap kekecewaan hidup yang jauh dari keindahan dan kebahagiaan, berangkat dari mencarinya di luar,” tegas Gede Prama.

Untuk mencapai tingkatan kehidupan yang penuh keindahan dan kebahagiaan, seseorang harus melalui 5 (lima) buah ‘pintu’ yang menuju ke tempat tersebut


Pintu pertama adalah stop comparing, start flowing.

“Stop membandingkan dengan yang lain. Seorang ayah atau ibu belajar untuk tidak membandingkan anak dengan yang lain.
Karena setiap pembandingan akan membuat anak-anak mencari kebahagiaan di luar,” ujar Gede Prama.
Setiap penderitaan hidup manusia, setiap bentuk ketidakindahan, menurut Gede Prama, dimulai dari membandingkan.
Gede Prama mencontohkan orang kaya berkulit hitam yang tidak dapat menerima kenyataan bahwa dia berkulit hitam. Orang itu sering kali membandingkan dirinya dengan orang kulit putih.
“Uangnya banyak, mampu mengongkosi hobinya untuk operasi plastik.
Sehingga orang yang hidup dari satu perbandingan ke perbandingan lain, maka hidupnya kurang lebih sama dengan seorang orang kaya
Apa yang disebut flowing ini sesungguhnya sederhana saja.
Kita akan menemukan yang terbaik dari diri kita, ketika kita mulai belajar menerimanya.
Sehingga kepercayaan diri juga dapat muncul.
Kepercayaan diri ini berkaitan dengan keyakinan-keyakinan yang kita
bangun dari dalam. “Tidak ada kehidupan yang paling indah dengan menjadi diri sendiri. Itulah keindahan yang sebenar-benarnya!” kata Gede Prama.


Pintu kedua menuju keindahan dan kebahagiaan adalah memberi.

Sebab utama kita berada di bumi ini, kata Gede Prama, adalah untuk memberi. “Kalau masih ragu dengan kegiatan memberi, artinya kita harus memberi lebih banyak,” ujar Gede Prama.
“Saya melihat ada 3 tangga emas kehidupan; I intend good, I do good and I am good.
Saya berniat baik, saya melakukan hal yang baik, kemudian saya menjadi orang baik. Yang baik-baik itu bisa kita lakukan, bila kita konsentrasi pada hal memberi,” lanjut Gede Prama lagi.
Memberi tidak harus selalu dalam bentuk materi. Pemberian dapat berbentuk senyum, pelukan, perhatian. Dan setiap manusia yang sudah rajin memberi, dia akan memasuki wilayah beauty and happiness.
“Saya sering bertemu dengan orang-orang kaya. Ada yang suka memberi, Ada yang pelit. Saya melihat orang yang tidak suka memberi muka orang itu keringnya minta ampun. Orang yang mukanya kering ini bertanya pada saya, apa rahasia kehidupan yang paling penting yang bisa saya bagi ke saya.
Saya bilang sleep well, eat well,” ungkap Gede Prama sambil tersenyum.
Artinya memang, untuk ongkos untuk menjadi bahagia tidak mahal.
Hanya saja orang sering kali memperumit hal yang sudah rumit.
Kalau kita sederhanakan, sleep well, eat well akan jadi mudah jika diikuti dengan kegiatan memberi.


Pintu ketiga untuk menuju keindahan dan kebahagiaan adalah berawal dari semakin gelap hidup Anda,
Semakin terang cahaya Anda di dalam.

Perhatikanlah bintang di malam hari tampak bercahaya, jika langitnya gelap. Sedangkan, lilin di sebuah ruangan akan bercahaya bagus, jika ruangannya gelap.
Artinya, semakin Anda berhadapan dengan masalah dan cobaan dalam hidup, semakin bercahaya Anda dari dalam.
“Jika Anda punya suami yang keras dan marah-marah, jangan lupa bersyukurlah.
Karena suami yang keras dan marah-marah, membuat sinar dari dalam diri Anda bercahaya.
Anda punya istri cerewetnya minta ampun.
Bersyukurlah, karena orang cerewet adalah guru kehidupan terbaik.
Paling tidak dari orang cerewet kita belajar tentang kesabaran.
Jika Anda punya atasan diktatornya minta ampun.
Bersyukurlah, karena Anda dapat belajar tentang kebijaksanaan,” ujar Gede Prama membesarkan hati.
Orang yang pada akhirnya menemukan keindahan dan kebahagiaan, menurut Gede Prama, biasanya telah lulus dari universitas kesulitan.
Semakin banyak kesulitan hidup yang kita hadapi, semakin diri kita bercahaya dari dalam. Mengutip perkataan Jamaluddin Rumi, semuanya dikirim sebagai pembimbing kehidupan dari sebuah tempat yang tidak terbayangkan.
“Tidak hanya orang cantik saja yang berguna, orang jelek juga berguna.
Gunanya adalah karena orang jelek, orang cantik terlihat jadi tambah cantik,”
kata Gede Prama disambut tawa peserta. “Jadi semuanya ada gunanya, untuk menghidupkan cahaya-cahaya beauty and happiness,” tegasnya.


Pintu keempat adalah surga bukanlah sebuah tempat, melainkan adalah rangkaian sikap.

“Bila Anda melihat hidup penuh dengan kesusahan dan godaan, maka neraka tidak ketemu setelah mati. Neraka sudah ketemu sekarang,” ujar Gede Prama.
Sedangkan Anda akan bertemu surga, jika hasil dari rangkaian sikap Anda benar.
Sikap ini dimulai dari berhenti mengkhawatirkan segala sesuatunya,
dan coba yakinkan diri bahwa everything will be allright.
Setiap kali kita melalukan ritual peribadatan, tetapi setiap kali pula kita merasa takut.
Padahal ketakutan adalah sebentuk ketidakyakinan terhadap kebenaran.
“Kalau Anda melalukan ritual peribadatan tapi masih takut, mending jangan melalukan ritual peribadatan, karena toh Anda tidak yakin terhadap kebenaran,”
kata Gede Prama.
“Segala sesuatunya menjadi baik-baik saja jika Anda mencintai yang kecil,” sambung Gede Prama.


Pintu kelima menuju keindahan dan kebahagiaan yakni tahu diri kita dan kita tahu kehidupan.

Manusia-manusia yang tidak tahu diri adalah manusia yang tidak pernah ketemu keindahan
dan kebahagiaan dalam hidupnya.
“Sumur kehidupan yang tidak pernah kering berada di dalam.
Sumur ini hanya kita temukan dan kita timba airnya kalau kita bisa mengetahui
diri kita sendiri,” kata Gede Prama

GAZA

Seorang berkewarganegaraan Amerika pun, merasa terusik hatinya melihat tragedi kemanusiaan ini. Dengan keahliannya sebagai komposer dan produser musik ternama di negaranya, dia membuat sebuah lagu khusus untuk “GAZA”.

Silahkan disimak lirik lagu yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia di bawah ini. Bahkan beliau merelakan lagu yang telah dibuatnya itu untuk didownload oleh semua orang di seluruh dunia. Agar semua orang di seluruh dunia dapat merasakan juga penderitaan rakyat gaza katanya, memberikan alasan mengapa beliau menyebarluaskan lagu ini secara gratis.

WE WILL NOT GO DOWN (Song for Gaza)
(Composed by Michael Heart)
Copyright 2009

A blinding flash of white light
Lit up the sky over Gaza tonight
People running for cover
Not knowing whether they’re dead or alive

They came with their tanks and their planes
With ravaging fiery flames
And nothing remains
Just a voice rising up in the smoky haze

We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight

Women and children alike
Murdered and massacred night after night
While the so-called leaders of countries afar
Debated on who’s wrong or right

But their powerless words were in vain
And the bombs fell down like acid rain
But through the tears and the blood and the pain
You can still hear that voice through the smoky haze

We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight

============ ========= ====

Terjemahannya …

Cahaya putih yang membutakan mata
Menyala terang di langit Gaza malam ini
Orang-orang berlarian untuk berlindung
Tanpa tahu apakah mereka masih hidup atau sudah mati

Mereka datang dengan tank dan pesawat
Dengan berkobaran api yang merusak
Dan tak ada yang tersisa
Hanya suara yang terdengar di tengah asap tebal

Kami tidak akan menyerah
Di malam hari, tanpa perlawanan
Kalian bisa membakar masjid kami, rumah kami dan sekolah kami
Tapi semangat kami tidak akan pernah mati
Kami tidak akan menyerah
Di Gaza malam ini

Wanita dan anak-anak
Dibunuh dan dibantai tiap malam
Sementara para pemimpin nun jauh di sana
Berdebat tentang siapa yg salah & benar

Tapi kata-kata mereka sedang dalam kesakitan
Dan bom-bom pun berjatuhan seperti hujam asam
Tapi melalui tetes air mata dan darah serta rasa sakit
Anda masih bisa mendengar suara itu di tengah asap tebal

Kami tidak akan menyerah
Di malam hari, tanpa perlawanan
Kalian bisa membakar masjid kami, rumah kami dan sekolah kami
Tapi semangat kami tidak akan pernah mati
Kami tidak akan menyerah
Di Gaza malam ini

ALLAHU AKBAR

Lagu ini dapat di download di http://www.michaelheart.com/sfg/downloads/a22685d/dl.php?file=we_will_not_go_down.mp3

17 January 2009

GAZA

Seorang berkewarganegaraan Amerika pun, merasa terusik hatinya melihat tragedi kemanusiaan ini. Dengan keahliannya sebagai komposer dan produser musik ternama di negaranya, dia membuat sebuah lagu khusus untuk “GAZA”.

Silahkan disimak lirik lagu yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia di bawah ini. Bahkan beliau merelakan lagu yang telah dibuatnya itu untuk didownload oleh semua orang di seluruh dunia. Agar semua orang di seluruh dunia dapat merasakan juga penderitaan rakyat gaza katanya, memberikan alasan mengapa beliau menyebarluaskan lagu ini secara gratis.

WE WILL NOT GO DOWN (Song for Gaza)
(Composed by Michael Heart)
Copyright 2009

A blinding flash of white light
Lit up the sky over Gaza tonight
People running for cover
Not knowing whether they’re dead or alive

They came with their tanks and their planes
With ravaging fiery flames
And nothing remains
Just a voice rising up in the smoky haze

We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight

Women and children alike
Murdered and massacred night after night
While the so-called leaders of countries afar
Debated on who’s wrong or right

But their powerless words were in vain
And the bombs fell down like acid rain
But through the tears and the blood and the pain
You can still hear that voice through the smoky haze

We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight

============ ========= ====

Terjemahannya …

Cahaya putih yang membutakan mata
Menyala terang di langit Gaza malam ini
Orang-orang berlarian untuk berlindung
Tanpa tahu apakah mereka masih hidup atau sudah mati

Mereka datang dengan tank dan pesawat
Dengan berkobaran api yang merusak
Dan tak ada yang tersisa
Hanya suara yang terdengar di tengah asap tebal

Kami tidak akan menyerah
Di malam hari, tanpa perlawanan
Kalian bisa membakar masjid kami, rumah kami dan sekolah kami
Tapi semangat kami tidak akan pernah mati
Kami tidak akan menyerah
Di Gaza malam ini

Wanita dan anak-anak
Dibunuh dan dibantai tiap malam
Sementara para pemimpin nun jauh di sana
Berdebat tentang siapa yg salah & benar

Tapi kata-kata mereka sedang dalam kesakitan
Dan bom-bom pun berjatuhan seperti hujam asam
Tapi melalui tetes air mata dan darah serta rasa sakit
Anda masih bisa mendengar suara itu di tengah asap tebal

Kami tidak akan menyerah
Di malam hari, tanpa perlawanan
Kalian bisa membakar masjid kami, rumah kami dan sekolah kami
Tapi semangat kami tidak akan pernah mati
Kami tidak akan menyerah
Di Gaza malam ini

ALLAHU AKBAR

Lagu ini dapat di download di http://www.michaelheart.com/sfg/downloads/a22685d/dl.php?file=we_will_not_go_down.mp3