27 April 2011

Bersyukur ditengah Badai


Ada seorang pria yang putus asa & mau meninggalkan segalanya. Meninggalkan pekerjaan, hubungan & berhenti hidup.

Lalu ia pergi ke hutan untuk bicara yg terakhir kalinya dgn Tuhan,
“Apakah Tuhan bisa memberi saya satu alasan yg baik untuk jangan berhenti hidup & menyerah ?”

Jawaban Tuhan sangat mengejutkan,
 “Coba lihat ke sekitarmu...
Apakah kamu melihat pakis & bambu ?”

“Ya” jawab pria itu.

“Ketika menanam benih pakis & benih bambu,
AKU merawat keduanya secara sangat baik.
AKU  memberi keduanya cahaya,
memberikan air.
Pakis tumbuh cepat di bumi,
daunnya yg hijau segar menutupi permukaan tanah hutan. Sementara itu benih bambu tidak menghasilkan apapun,
tapi AKU tidak menyerah.

Pada tahun kedua,
pakis tumbuh makin subur dan banyak,
tapi belum ada juga yg muncul dari benih bambu.
Tapi Aku tidak menyerah.

Di tahun ketiga,
benih bambu belum juga memunculkan sesuatu,
tapi Aku tidak menyerah.

Di tahun keempat,
masih juga belum ada apapun dari benih bambu.
Aku tidak menyerah” kata TUHAN

“Di tahun kelima, muncul sebuah tunas kecil.
Dibanding dengan pohon pakis, tunas itu tampak kecil dan tidak bermakna.

Tapi 6 bulan kemudian, bambu itu menjulang sampai 100 kaki.
Untuk menumbuhkan akar itu perlu waktu 5 tahun.
Akar ini membuat bambu kuat & memberi apa yang diperlukan bambu untuk bertahan hidup.

AKU tak akan memberi cobaan yg tak sangup diatasi ciptaan-Ku“ kata TUHAN kepada pria itu.

“Tahukah kamu, hamba-Ku...
Di saat menghadapi semua kesulitan & perjuangan berat ini, kamu sebenarnya menumbuhkan akar-akar?”

“AKU tidak meninggalkan bambu itu,
AKU juga tak akan meninggalkanmu”

“Jangan membandingkan diri sendiri dengan orang lain,” kata Tuhan.

“Bambu mempunyai tujuan yang beda dgn pakis,
Tapi keduanya membuat hutan menjadi indah”

Hidup bukan mengenai
"menunggu badai berlalu"
tetapi bagaimana belajar
"Mengucap syukur dalam badai....".
(Sumber : TDA Bandung)