12 December 2008

QURBAN TERBAIK

Oleh: Jojo Wahyudi

Kuhentikan Mobil tepat di ujung kandang tempat berjualan hewan Qurban. Saat pintu Mobil kubuka, bau tak sedap memenuhi rongga hidungku, dengan spontan aku menutupnya dengan saputangan. Suasana di tempat itu sangat ramai, dari para penjual yang hanya bersarung hingga ibu-ibu berkerudung Majelis Taklim, tidak terkecuali anak-anak yang ikut menemani orang tuanya melihat hewan yang akan di-Qurban-kan pada Idul Adha nanti, sebuah pembelajaran yang cukup baik bagi anak-anak sejak dini tentang pengorbanan Nabi Ibrahim & Nabi Ismail.

Aku masuk dalam kerumunan orang-orang yang sedang bertransaksi memilih hewan yang akan di sembelih saat Qurban nanti. Mataku tertuju pada seekor kambing coklat bertanduk panjang, ukuran badannya besar melebihi kambing-kambing di sekitarnya.

"Berapa harga kambing yang itu Pak ?" ujarku menunjuk kambing coklat tersebut.

"Yang coklat itu yang terbesar Pak. Kambing Mega Super dua juta rupiah tidak kurang" kata is pedagang berpromosi matanya berkeliling sambil tetap melayani calon pembeli lainnya.

"Tidak bisa turun Pak?" kataku mencoba bernegosiasi.
"Tidak kurang tidak lebih, sekarang harga-harga serba Mahal" si pedagang bertahan.
"Satu juta lima ratus ribu ya?" aku melakukan penawaran pertama
"Maaf Pak, masih jauh." ujarnya cuek.

Aku menimbang-nimbang, apakah akan terus melakukan penawaran terendah berharap si pedagang berubah pendirian dengan menurunkan harganya.

"Oke Pak bagaimana kalau satu juta tujuh ratus lima puluh ribu?" kataku
"Masih belum nutup Pak " ujarnya tetap cuek
"Yang sedang Mahal kan harga minyak Pak. Kenapa kambing ikut naik?" ujarku berdalih mencoba melakukan penawaran termurah.
"Yah bapak, meskipun kambing gak minum minyak. Tapi dia gak bisa datang ke sini sendiri.Tetap saja harus di angkut Mobil Pak, Dan Mobil bahan bakarnya bukan rumput" kata is pedagang meledek.

Dalam hati aku berkata, alot juga pedagang satu ini. Tidak mau menawarkan harga selain yang sudah di kemukakannya di awal tadi. Pandangan aku alihkan ke kambing lainnya yang lebih kecil dari si coklat. Lumayan bila Ada perbedaan harga lima ratus ribu. Kebetulan dari tempat penjual kambing ini, aku berencana ke toko ban Mobil utk mengganti ban belakang yang sudah mulai terlihat halus tusirannya. Kelebihan tersebut bisa untuk menambah budget ban yang harganya kini selangit.

" Kalau yang belang hitam putih itu berapa bang?" kataku kemudian
" Nah yang itu Super biasa. Satu juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah" katanya

Belum sempat aku menawar, di sebelahku berdiri seorang kakek menanyakan harga kambing coklat Mega Super tadi. Meskipun pakaian "korpri" yang Ia kenakan lusuh, tetapi wajahnya masih terlihat segar.

"Gagah banget kambing itu. Berapa harganya mas?" katanya kagum
"Dua juta tidak kurang tidak lebih kek." kata si pedagang setengah malas menjawab setelah melihat penampilan is kakek.

"Weleh larang men regane (Mahal benar harganya)?" kata si kakek dalam bahasa Purwokertoan" bisa di tawar-kan ya mas ?" lanjutnya mencoba negosiasi juga.
"Cari kambing yang lain aja kek." si pedagang terlihat semakin malas meladeni.

"Ora usah (tidak) mas. Aku arep sing apik LAN gagah Qurban taun iki (Aku mau yang terbaik Dan gagah untuk Qurban tahun ini) Duit-e (uangnya) cukup kanggo (untuk) mbayar koq mas." katanya tetap bersemangat seraya mengeluarkan bungkusan dari saku celananya. Bungkusan dari kain perca yang juga sudah lusuh itu di bukanya, enam belas lembar uang seratus ribuan Dan sembilan lembar uang lima puluh ribuan dikeluarkan dari dalamnya.
"Iki (ini) dua juta rupiah mas. Weduse (kambingnya) dianter ke rumah ya mas?" lanjutnya mantap tetapi tetap bersahaja.

si pedagang kambing kaget, tidak terkecuali aku yang memperhatikannya sejak tadi. Dengan wajah masih ragu tidak percaya is pedagang menerima uang yang disodorkan is kakek, kemudian di hitungnya perlahan lembar demi lembar uang itu.

"Kek, ini Ada lebih lima puluh ribu rupiah" si pedagang mengeluarkan selembar lima puluh ribuan "
Ora Ono ongkos kirime tho...?" (Enggak Ada ongkos kirimnya ya?) si kakek seakan tahu uang yang diberikannya berlebih
"Dua juta sudah termasuk ongkos kirim" si pedagang yg cukup jujur memberikan lima puluh ribu ke kakek " mau di antar ke mana mbah?" (tiba-tiba panggilan kakek berubah menjadi mbah)

"Alhamdulillah, lewih (lebih) lima puluh ribu iso di tabung neh (bisa ditabung lagi)" kata si kakek sambil menerimanya" tulung anterke ning deso cedak kono yo (tolong antar ke desa dekat itu ya), sak sampene ning mburine (sesampainya di belakang) Masjid Baiturrohman, takon ae umahe (tanya saja rumahnya) mbah Sutrimo pensiunan pegawe Pemda Pasir Mukti, InsyaAllah bocah-bocah podo ngerti (InsyaAllah anak-anak sudah tahu)."

Setelah selesai bertransaksi dan membayar apa yang telah di sepakatinya, si kakek berjalan ke arah sebuah sepeda tua yang di sandarkan pada sebatang pohon pisang, tidak jauh dari X-trail milikku. Perlahan di angkat dari sandaran, kemudian dengan sigap di kayuhnya tetap dengan semangat.

Entah perasaan apa lagi yang dapat kurasakan saat itu, semuanya berbalik ke arah berlawanan dalam pandanganku. Kakek tua pensiunan pegawai Pemda yang hanya berkendara sepeda engkol, sanggup membeli hewan Qurban yang terbaik untuk dirinya. Aku tidak tahu persis berapa uang pensiunan PNS yang diterima setiap bulan oleh si kakek. Yang aku tahu, di sekitar masjid Baiturrohman tidak ada rumah yang berdiri dengan mewah, rata-rata penduduk sekitar desa Pasir Mukti hanya petani dan para pensiunan pegawai rendahan.

Yang pasti secara materi, sangatlah jauh di banding penghasilanku sebagai Manajer perusahaan swasta. Yang sanggup membeli rumah di kawasan cukup bergengsi Yang sanggup membeli kendaraan roda empat yang harga ban-nya saja cukup membeli seekor kambing Mega Super Yang sanggup mempunyai hobby berkendara moge (motor gede) dan memilikinya Yang sanggup membeli hewan Qurban dua ekor sapi sekaligus

Tapi apa yang aku pikirkan?
Aku hanya hendak membeli hewan Qurban yang jauh di bawah kemampuanku yang harganya tidak lebih dari service rutin mobil X-Trail, kendaraanku di dunia fana. Sementara untuk kendaraanku di akhirat kelak, aku berpikir seribu kali saat membelinya.

Ya Allah, Engkau yang Maha Membolak-balikan hati manusia, balikkan hati hambaMu yang tak pernah berSyukur ini ke arah orang yang pandai menSyukuri nikmatMu
(Cikini, 12-11-07)
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh

28 November 2008

Berhentilah Jadi Gelas

Seorang guru sufi mendatangi seorang muridnya ketika wajahnya belakangan ini selalu tampak murung. "Kenapa kau selalu murung, nak? Bukankah banyak hal yang indah di dunia ini? Ke mana perginya wajah bersyukurmu? " sang Guru bertanya.

"Guru, belakangan ini hidup saya penuh masalah. Sulit bagi saya untuk tersenyum. Masalah datang seperti tak ada habis-habisnya, " jawab sang murid muda.


Sang Guru terkekeh. "Nak, ambil segelas air dan dua genggam garam. Bawalah kemari. Biar kuperbaiki suasana hatimu itu." Si murid pun beranjak pelan tanpa semangat. Ia laksanakan permintaan gurunya itu, lalu kembali lagi membawa gelas dan garam sebagaimana yang diminta.


"Coba ambil segenggam garam, dan masukkan ke segelas air itu," kata Sang Guru. "Setelah itu coba kau minum airnya sedikit." Si murid pun melakukannya. Wajahnya kini meringis karena meminum air asin.
"Bagaimana rasanya?" tanya Sang Guru.


"Asin, dan perutku jadi mual," jawab si murid dengan wajah yang masih meringis.


Sang Guru terkekeh-kekeh melihat wajah muridnya yang meringis keasinan.


"Sekarang kau ikut aku." Sang Guru membawa muridnya ke danau di dekat tempat mereka. "Ambil garam yang tersisa, dan tebarkan ke danau." Si murid menebarkan segenggam garam yang tersisa ke danau, tanpa bicara. Rasa asin di mulutnya belum hilang. Ia ingin meludahkan rasa asin dari mulutnya, tapi tak dilakukannya. Rasanya tak sopan meludah di hadapan mursyid, begitu pikirnya.


"Sekarang, coba kau minum air danau itu," kata Sang Guru sambil mencari batu yang cukup datar untuk didudukinya, tepat di pinggir danau.


Si murid menangkupkan kedua tangannya, mengambil air danau, dan membawanya ke mulutnya lalu meneguknya. Ketika air danau yang dingin dan segar mengalir di tenggorokannya, Sang Guru bertanya kepadanya, "Bagaimana rasanya?"


"Segar, segar sekali," kata si murid sambil mengelap bibirnya dengan punggung tangannya. Tentu saja, danau ini berasal dari aliran sumber air di atas sana . Dan airnya mengalir menjadi sungai kecil di bawah. Dan sudah pasti, air danau ini juga menghilangkan rasa asin yang tersisa di mulutnya.


"Terasakah rasa garam yang kau tebarkan tadi?"


"Tidak sama sekali," kata si murid sambil mengambil air dan meminumnya lagi. Sang Guru hanya tersenyum memperhatikannya, membiarkan muridnya itu meminum air danau sampai puas.


"Nak," kata Sang Guru setelah muridnya selesai minum. "Segala masalah dalam hidup itu seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih. Hanya segenggam garam. Banyaknya masalah dan penderitaan yang harus kau alami sepanjang kehidupanmu itu sudah dikadar oleh Allah, sesuai untuk dirimu. Jumlahnya tetap, segitu-segitu saja, tidak berkurang dan tidak bertambah. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pun demikian. Tidak ada satu pun manusia, walaupun dia seorang Nabi, yang bebas dari penderitaan dan masalah."


Si murid terdiam, mendengarkan.


"Tapi Nak, rasa `asin' dari penderitaan yang dialami itu sangat tergantung dari besarnya 'qalbu'(hati) yang menampungnya. Jadi Nak, supaya tidak merasa menderita, berhentilah jadi gelas. Jadikan qalbu dalam dadamu itu jadi sebesar danau."

Sumber : Sang Guru

27 November 2008

Let's build Indonesia

Suatu pagi di bandar lampung, menjemput seseorang di bandara. Orang itu sudah tua, kisaran 60 tahun. Sebut saja si bapak.

Si bapak adalah pengusaha asal singapura, dengan logat bicara gaya melayu, english, (atau singlish?) beliau menceritakan pengalaman2 hidupnya kepada kami yang masih muda. Mulai dari pengalaman bisnis, spiritual, keluarga, bahkan percintaan hehehe..

"Your country is so rich!"

Ah biasa banget kan denger kata2 begitu. Tapi tunggu dulu..

"Indonesia doesnt need d world, but d world need Indonesia"

"Everything can be found here in Indonesia, u dont need d world"

"Mudah saja, Indonesia paru2 dunia. Tebang saja hutan di Kalimantan, dunia pasti kiamat. Dunia yang butuh Indonesia!"

"Singapore is nothing, we cant be rich without indonesia.

500.000 orang indonesia berlibur ke singapura setiap bulan. bisa terbayang uang yang masuk ke kami? apartemen2 dan condo terbaru kami yang membeli pun orang2 indonesia, ga peduli harga yang selangit, laku keras. Lihatlah rumah sakit kami, orang indonesia semua yang berobat."

"Kalian tahu bagaimana kalapnya pemerintah kami ketika asap hutan indonesia masuk? ya benar2 panik. sangat berasa, we are nothing."

"Kalian ga tau kan klo agustus kemarin dunia krisis beras.

termasuk di singapura dan malaysia? kalian di indonesia dengan mudah dapat beras"

"Lihatlah negara kalian, air bersih dimana2.. lihatlah negara kami, air bersih pun kami beli dari malaysia. Saya pernah ke kalimantan, bahkan pasir pun mengandung permata.

Terlihat glitter kalo ada matahari bersinar. Petani disana menjual Rp3000/kg ke sebuah pabrik China. Dan si pabrik menjualnya kembali seharga Rp 30.000/kg. Saya melihatnya sendiri"

"Kalian sadar tidak klo negara2 lain selalu takut meng-embargo Indonesia? Ya, karena negara kalian memiliki segalanya. Mereka takut klo kalian menjadi mandiri, makanya tidak di embargo. harusnya KALIANLAH YANG MENG-EMBARGO DIRI KALIAN SENDIRI. Beli lah dari petani2 kita sendiri, beli lah tekstil garmen dari pabrik2 sendiri. Tak perlu kalian impor klo bisa produksi sendiri."

"Jika kalian bisa mandiri, bisa MENG-EMBARGO DIRI SENDIRI, Indonesia will rules the world.."


Sumber : Adhe

21 November 2008

Life

"The future depends on what we do in the present"
Mahatma Gandhi.

"Hidup bukanlah tentang menemukan dirimu sendiri. Hidup adalah tentang menciptakan dirimu sendiri"
George Bernard Shaw Penerima Nobel Sastra (1925)

17 November 2008

Memulai Bisnis

Bisnis itu adalah suatu kegiatan yg menghasilkan pendapatan ( baca: uang ) baik dlm bentuk jasa ataupun menjual barang.

Jika tdk mempunyai modal, carilah potensi yg ada di dirimu spt keahlian ( ahli Bhs Inggris jadilah guru, ahli dlm berenang jadilah pelatih ).

Jika punya modal "sedikit", mulailah ambil barang2 yg akan laku utk di jual kembali dan membangun "kepercayaan" pada pemilik barang agar di beri barang yg lebih banyak lagi.

Jadi mulailah berBISNIS dg segala keterbatasan yg ada, jgn tunda lagi.

Pastinya akan ketemu jalan yg lebih "TERANG".

Syarat : Jujur, ringan tangan, tidak gengsi dan ikhlas

Menilai Orang Lain

utk memahami hati dan pikiran seseorang, jgn lihat apa yg sdh ia capai, tapi lihat pada apa yg dia cita2kan. ( Kalil Gibran )

Ikhlas

"Iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hambaMu yang ikhlas di antara mereka."
(QS. Shaad: 82-83)

09 January 2008

Selamat Tahun Baru 1429 Hijriah




semoga ALLAH SWT selalu mengasihi ( kesehatan, rezeki dan saudara ) dan menyayangi kita semua. Amin

04 January 2008

Menunda Penundaan

Saya (dulu) adalah orang yang gemar menunda. Yap, contoh paling klasik adalah pada setiap jenjang pendidikan yang saya tempuh, saya sangat jarang belajar dan akan belajar dengan gegap gempita ketika ujian akan berlangsung. Mungkin ini agak jamak bagi anak sekolahan dan kuliahan, sering dikenal dengan istilah sks alias sistem kebut semalam. Entah kenapa otak saya agak lebih cemerlang sedikit dan bisa cukup lama menyimpan bahan2 yang akan diujikan jika saya belajarnya pada hari dan menit2 terakhir (bilang aja model hapalan bukan pemahaman hehe).

Namun itu bagi saya menjadi kebiasaan dan berlanjut hingga saya bekerja. Saya paling suka menunda suatu pekerjaan, bahkan saking sukanya, pekerjaan yang sebenarnya sudah selesai dan bisa di kirim hari ini, saya akan tunda hingga keesokan harinya. Ada sedikit joke alasan pada diri sendiri : "biar besok masih keliatan ada kerjaan". :)

Padahal ini adalah very bad habit. Dan padahal juga saya mengerti sekali bahwa ini bertentangan baik dalam segala ilmu pengembangan diri, motivasional dan agama. Orang yang menunda adalah orang yang merugi.

Alhamdulillah, sejak saya mengenal dan berusaha akrab dengan orang2 yang positif, kebiasaan jelek itu mulai pudar. Saya dijejali saran dan ilmu bahwa menunda hanyalah menghilangkan peluang baik yang mungkin muncul. Menunda bahkan bisa mengubah nasib kita loh.

Contoh paling nyata dan sederhana serta ilmiah adalah begini : biasanya saya berangkat jam 6 pagi untuk sampai di suatu lokasi jam 7, namun begitu kita menunda keberangkatan pada jam 6.05 maka kita akan sampai di tujuan jam 8. Yap, selisih 5 menit bisa mengakibatkan kita telambat 1 jam !. Disana ada faktor kemacetan, ada kejadian tak terduga dll. Nah kejadian tak terduga inilah yang kadang tidak kita sadari akan berdampak sangat besar.

Ketika kita menunda action memilki usaha dengan list alasan yang panjang :

Nunggu punya modal 30 juta
Nunggu punya toko di lokasi strategis
Nunggu punya calon penjaga toko yang ideal
Nunggu punya supplier dengan harga termurah
Nunggu punya pasar yang kondusif dan pasti untung
Nunggu punya partner bisnis yang baik dan amanah
Nunggu ...

Maka siapa tahu sebenarnya dalam masa menunda dan menunggu itu kita kehilangan :
Peluang mengetahui pasar yang bisa didapat ketika kita action walau door to door, peluang mendapat pemodal, mengetahui supplier yang bisa didapat ketika kita sedang ngobrol karena action bergaul dalam komunitas bisnis dll.

Mulai dari diri sendiri, dari yang terkecil dan mulailah SEKARANG ! kata Aa Gym. Maksudnya mulailah dari apa yang kita miliki sekarang, jangan menunggu kondisi ideal karena tidak akan pernah ada, karena relatif. Ideal bagi seseorang mungkin kecil bagi orang lain atau sebaliknya.

Pak Mario Teguh dalam salah satu penampilannya di TV menyatakan :

Kenapa kita tidak menunda saja penundaan kita tersebut ?

Pernyataan yang tajam, cukup dalam dam mengena. Ya, kita terbiasa dan pandai mencari banyak alasan untuk menunda padahal kita hanya butuh 1 alasan untuk segera melakukan. Karena kita pandai menunda, kita tunda saja penundaan kita di lain waktu ! :).

Ketika kita ingin memilki usaha, katakan punya pabrik, ini tantangannya : berkenalan dengan orang yang sekiranya memiliki informasi itu. Yap berkenalan, networking, silahturahmi. Siapa tau walau orang itu tidak memililiki informasi tersebut, ia bisa menunjukkan siapa orang lain yang memilkinya. Dan salah satu action untuk berkenalan adalah dengan masuk suatu komunitas, dalam hal ini bisnis.

Jika saja sahabat saya, pak Faif Yusuf, menunda untuk mengikuti Milad I TDA karena masih malu dan minder, saya yakin ia tidak menjadi sesukses sekarang dalam berbisnis bahkan mungkin belum memilki bisnis sama sekali.

Jadi dengan bergabung komunitas TDA berarti kita sudah mulai action mengusir bibit penyakit menunda. Dan dengan ikut acara Milad 2 TDA kita sudah satu langkah lagi mengikis habis penyakit tersebut.

Saya sendiri akui kadang masih memiliki penyakit menunda ini walau alhamdulillah sudah agak rendah skalanya. Salah satu penundaan terpenting saya masih dalam proses penyempurnaan untuk anti virusnya (pak Iim jangan mulai manas2in lagi ya hehe).


sumber : Eko June
www.ekojune.com | YM : eko_juna