26 February 2009

Guru yg Selalu di Ingat

Ini adalah kisah dari para manusia yg tidak pernah melupakan jasa Guru mereka walau apapun alasannya.


The Bridge ( Stadion Chelsea ) Belum Lupakan Ranieri

London - Empat tahun memanajeri Chelsea, Claudio Ranieri tidak mampu menghadirkan satu pun trofi. Tetapi itu tak membuat publik Stamford Bridge lupa akan jasa-jasa The Tinkerman.

Di Bridge-lah julukan The Tinkerman alias 'Si Tukang Reparasi' didapat Ranieri. Sejak memulai pekerjaannya di sana tahun 2000, Ranieri memang sepi prestasi. Namun oleh tangan pria Italia itulah basis Chelsea yang sekarang diletakkan.

Ialah yang membawa masuk Frank Lampard ke Bridge dari West Ham. Dari seorang pemain berbakat yang masih belia, sekarang semua juga tahu bagaimana kapasitasnya sebagai dinamo lini tengah The Blues dan timnas Inggris.

Ia juga yang memoles John Terry menjadi tembok tangguh pertahanan timnya. Sejumlah pemain yang pernah dan masih jadi pilar Chelsea seperti Arjen Robben, William Gallas, Claude Makelele dan Petr Cech datang atas kebijakan Ranieri.

Dulu, Chelsea tidak sekaya sekarang. Di musim 2002-03, Ranieri bahkan tak memiliki dana cukup untuk membeli pemain yang bisa memperkuat timnya. Alhasil, Enrique De Lucas menjadi satu-satunya pemain yang ia gaet--itupun dengan gratis.

Tetapi berkat racikan taktik dan strategi Ranieri, hasilnya mencengangkan: Chelsea lolos ke Liga Champions dengan menduduki posisi empat di klasemen akhir.

Masalah bagi Ranieri datang ketika milyuner Rusia Roman Abramovich dan sekarung uangnya mengambilalih Chelsea di tahun 2003. Musim 2003-04 adalah neraka bagi The Tinkerman dan Ranieri sudah tahu bahwa ia akan dipecat apapun hasil yang dipetik oleh timnya di akhir musim.

Para fans Chelsea pun sudah tahu nasib pelatihnya kelak. Makanya, ketika Chelsea memainkan pertandingan terakhirnya di musim itu, seisi The Bridge memberi standing ovation kepada Ranieri.

Semua memori itu tiba-tiba menguar ke udara ketika Ranieri yang kini mengarsiteki Juventus datang memimpin timnya menghadapi Chelsea di leg pertama perdelapanfinal Liga Champions, Kamis (26/2/2009) dinihari WIB.

Ketika Ranieri keluar dari lorong stadion ke lapangan, serentak seisi stadion memberikan tepukan hangat. Meski akhirnya Juventus pulang dengan kekalahan 0-1, barangkali Ranieri takkan terlalu kecewa.

"Saya sungguh senang dengan sambutan yang saya dapatkan dari suporter Chelsea karena itu memperlihatkan mereka belum lupa kepada saya," ungkap pelatih berusia 57 tahun itu dengan bangga seperti dikutip situs resmi UEFA.

"Saya menghabiskan empat tahun yang indah di sini dan saya sangat senang terutama karena di dunia sepakbola, orang-orang dengan cepat melupakan semuanya. Saya ingin berterimakasih kepada mereka atas sambutan hangat dan applause-nya," tutup Ranieri.