04 April 2007

Gagal Adalah Sebuah Keputusan

Gagal Adalah Sebuah Keputusan

Pernahkah Anda mengalami, dimana hasil dari usaha Anda
tidak sesuai dengan harapan Anda. Pasti pernah. Saya
juga pernah. Hal ini mungkin sangat biasa bagi para
pebisnis. Target telah ditetapkan, strategi telah
dipikirkan masak-masak, rencana telah disusun, dan
tindakan pun telah dilakukan. Namun hasilnya? Ternyata
tidak sesuai dengan yang kita harapkan. Kalau hasilnya
sama atau melebihi yang kita harapkan tentu tidak
apa-apa, tapi kalau jauh dibawah yang kita harapkan,
terkadang membuat kita berpikir, yah ... gagal deh.

Tapi sesungguhnya apakah gagal itu? Saya jadi teringat
sebuah cerita. Anda mungkin pernah mendengarnya dari
orang lain. Tapi tidak apa-apa, saya ulang saja. Ini
tentang seorang dukun Indian tua yang terkenal sangat
sukses. Seperti Anda tahu, tugas utama dukun Indian
adalah melakukan tarian memanggil hujan. Tidak setiap
kali dukun Indian menari akan terjadi hujan, makanya
tingkat keberhasilan dukun Indian diukur dari berapa
kali hujan terjadi dibanding berapa kali dia menari.
Nah, dukun Indian kita ini tingkat keberhasilannya
mencapai 100%. Setiap kali dia menari, pasti terjadi
hujan. Sementara tingkat keberhasilan dukun Indian
lain, rata2 hanya 50% – 60%.

Berita kehebatan sang dukun tua tadi sampai ke telinga
seorang dukun muda yang sangat berbakat. Dukun muda
ini penasaran karena tingkat keberhasilannya baru 70%.
Jadi rata2 dari 10 kali dia menari, tujuh kali
berhasil terjadi hujan. Penasaran, dukun muda ini pun
memutuskan untuk “apprentice“ kepada dukun tua.
Dipelajarinya setiap langkah, gerak, dan mantra yang
diucapkan si dukun tua. Dukun muda pun melakukan
duplikasi. Bahkan tidak berani ATM – Amati Tiru
Modifikasi, tapi ATP - Amati Tiru Persis. Hingga dukun
muda pun puas karena sudah bisa menduplikasi tarian
pemanggil hujan milik dukun tua. Dukun muda pun
kembali ke kampung nya.

Namun, setelah menerapkan seluruh ilmu dukun tua,
ternyata tingkat keberhasilannya hanya naik sedikit
menjadi 75% masih jauh dari 100%. Dukun muda pun
kembali ke kampung dukun tua untuk protes, karena
pasti masih ada rahasia yang disembunyikan. Dukun muda
pun mendemonstrasikan tarian nya di depan dukun tua.
Dukun tua setelah mengamati mengkonfirm bahwa tarian
dan mantra2 dukun muda sudah betul dan tidak ada yg
salah. Dukun muda pun semakin bingung, apa perbedaan
antara dia dan dukun tua. Dukun muda pun pamit pulang.
Sesaat sebelum dukun muda meninggalkan tenda, dengan
mengisap pipa rokoknya dukun tua berkata: “Oh ya,
sudahkah aku katakan, bahwa setiap aku menari, aku
tidak pernah berhenti hingga hujan datang?“ Ya. Tidak
pernah berhenti! Itulah perbedaan antara sang dukun
yang sukses 100% dengan yang lain.

Keputusan untuk berhenti, atau terus, itulah rupanya
gerbang yang membedakan antara keberhasilan dan
kegagalan. Ketika Anda menghadapi bahwa hasil yang
Anda harapkan tidak sesuai rencana Anda, ada dua
pilihan bagi Anda:

- Berhenti, dan mendeklarasikan kegagalan, atau

- Menganggap hasil tadi sebagai feedback untuk
merevisi strategi Anda, dan Anda mencoba kembali
dengan strategi baru.

Jika Anda memilih gagal, maka pilihan pertama dapat
Anda ambil. Sementara orang-orang yang tidak pernah
gagal, akan memilih pilihan kedua. Mereka menjadikan
hasil yg tidak sesuai harapan tadi sebagai masukan,
menyusun strategi baru, dan mencoba kembali. Kalau
hasilnya masih tidak sesuai, strategi kembali
dirumuskan ulang, dan tindakan baru diambil. Demikian
berulang-ulang. Hingga “turun hujan“. Jadi gagal, dan
juga berhasil, adalah sebuah keputusan. Terserah Anda.

Fauzi Rachmanto

No comments:

Post a Comment