05 April 2007

Pak Herizaly,

Cerita anda persis seperti yang saya alami tahun 2003-an dulu di Tanah Abang. Waktu itu paska kebakaran penjualan sulit sekali. Terpaksa barang saya jual secara piutang. Dengan menjual secara piutang ini cash flow saya jelas terganggu.

Repotnya, si pengutang itu datang dari satu keluarga. Maksudnya, dia mengutang bersama beberapa kerabatnya seperti ayahnya, adiknya, kemenakannya sampai menantunya. Kurang lebih ada 5 toko.

Satu per satu mereka mulai macet pembayarannya. Ada yang beralasan karena kena kebakaran, ada yang katanya lagi nyicil ruko bahkan ada yang karena istrinya melahirkan. Saya pikir, kredit macetnya kok dihubungkan dengan istrinya yang melahirkan? Emangnya saya yang menghamili?

Memang pada kondisi seperti itu kita sebagai pedagang tidak punya pilihan. Kalau tidak ngutangin, akan kehilangan pelanggan.

Singkat cerita, para pengutang seperti ini telah "sukses" membangkrutkan bisnis saya. Memang, mereka berkomitmen mencicilnya. Tapi, alhamdulillah sampai sekararang tahun 2007 belum lunas, tuh!

Saya diberi saran oleh Pak Tung DW yang waktu itu jadi business coach atau konsultan saya. "Berani ngutangin harus berani nagih", katanya. Itu yang tidak saya lakukan. Sebab, kalau saya tagih mereka akan pada kabur dan pindah ke toko lain. Padahal, setelah saya renungkan orang-orang seperti ini adalah benalu atau penyakit di bisnis saya.

Akhirnya, dengan perjuangan berat saya perlahan-lahan meninggalkan mindset cara berdagang berisiko seperti itu. Saya ingin mencari "peace of mind" dalam berbisnis. Ada uang, ada barang. Titik. Risikonya memang ada. Tidak semua pembeli bisa menerimanya.

Saran saya, sebaiknya Pak Herizaly berpikir keras bagaimana caranya mendapatkan uang tunai. Apa pun caranya. Salah satunya adalah dengan membangun merek yang kuat. Jadi, produk kita tidak terjebak menjadi komoditi yang harganya bisa dibanding-bandingkan dengan produk serupa. Memang mahal dan butuh waktu.

Saya mengibaratkannya dengan menanam pohon kelapa yang memakan waktu lama namun hasilnya bisa kita wariskan kepada anak cucu. Dibandingkan dengan menanam pohon toge yang hanya sekali panen lalu tanam lagi terus menerus. Capek deh!

Semoga bermanfaat.

Salam FUUUNtastic!
Bersama menebar rahmat

Roni

No comments:

Post a Comment